Rabu, 01 Agustus 2012

TINTA EMAS DI KANVAS DUNIA ( KISAH ANAK MUDA KETURUNAN CINA YANG SANGAT MENGINSPIRASI KU )





TINTA EMAS DI KANVAS DUNIA
( KISAH ANAK MUDA KETURUNAN CINA YANG SANGAT MENGINSPIRASI KU )

Ketika saya melihat beliau diundang dalam acara Kick Andy, saya langsung merasa orang ini sangat bisa menginspirasi ku karena dia berlatar belakang anak muda keturunan Cina, seorang dokter daerah, yang pantang menyerah, berani, punya dedikasi tinggi terhadap pekerjaan dan negara. 
Dr. Eka Julianta, itulah nama aslinya, dia lahir pada tahun 1958 di sebuah Kampung kecil bernama kampung Pondok di daerah Klaten, Jawa Tengah. Sejak kecil beliau sudah dilatih untuk belajar hidup mandiri dan berkecukupan. Dr. Eka lahir di sebuah keluarga yang biasa-biasa saja malah bisa dibilang keluarga yang miskin yang hidup dari hanya berjualan kelontong dan makanan di desa. Sejak kecil dan remaja, beliau tidak memiliki rekam jejak akademik yang baik alias tidak jenius, tapi justru itulah yang membuat dia semakin menyadari dan membangkitkan semangat dirinya untuk menjadi beda dengan orang lain. Adalah seorang dokter desa bernama dr. Subiyanto yang sangat menginspirasi dirinya untuk suatu hari kelak bisa menjadi seperti dr. Subiyanto bahkan lebih. 
Sejak lulus SMA, beliau sama sekali tidak berani bermimpi untuk menginjakkan kaki di fakultas kedokteran yang terkenal mahal, tapi akhirnya dengan berbekal kemampuan dasar biologi dan ilmu hayat yang mumpuni, beliau akhirnya bisa masuk di fakultas kedokteran Undip Semarang tetapi lagi-lagi beliau terkendala masalah sumbangan. Tanpa pikir panjang, beliau langsung menemui paman kandungnya yang agak mapan dalam hal ekonomi. Rupanya paman dr. Eka ini begitu menganggap dr, Eka seorang anak yang special karena berasal dari darah yang sama dan kebetulan pamannya tidak mempunyai anak kandung sehingga dr. Eka sudah dianggap seperti anak kandung sendiri.
Akhirnya pamannya menyanggupi permintaan sumbangan dari Undip sebanyak 2 juta untuk meloloskan dr. Eka menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran. Pada tahun itu, untuk masuk menjadi mahasiswa kedokteran sungguh sangat sulit sekali karena selain biaya mahal, harus notabene siswa berprestasi dan pintar serta kalau bisa bukan CINA. Tapi itulah yang menjadi penyemangat dr. Eka untuk terus maju pantang mundur.
Sejak Tahun pertama sampai tahun terakhir kuliah di Undip, beliau sangat aktif dalam setiap kegiatan kampus sampai-sampai itulah yang mempertemukan beliau dengan dr. Hannah, seorang mahasiswi cantik junior yang ternyata dr. Hannah inilah yang menjadi jodoh dr. Eka.
Dr. Eka sangatlah berbeda dengan orang-orang sukses atau dokter-dokter sukses zaman sekarang karena beliau dibentuk bukan dari seorang maestro tapi beliau dibentuk dari kecil bahkan bisa dibilang dibentuk dari dirinya sendiri. Mengagumkan bukan ?
Sejak sudah lulus menjadi dokter umum dari Undip, beliau langsung berinisiatif untuk mengambil masa pengabdian di daerah terpencil dari Kalimantan agar dapat langsung melanjutkan kuliah menjadi dokter bedah di pulau Jawa. Tetapi setelah setahun mengabdi di sana, tetap saja beliau menemui kesulitan untuk mendapatkan surat tanda selesai pengabdian, tapi akhirnya dengan bantuan seorang yang baik hati, di sana beliau akhirnya bisa menyelesaikan pengabdiannya.
Setelah pulang ke Pulau Jawa, beliau akhirnya mencoba melakukan tes masuk spesialisasi bedah di berbagai universitas yakni di Undip dan Unair. Tapi semuanya tidak menerima dr. Eka dengan berbagai alasan. Sejak itulah Eka bertemu dengan Prof. Iskarno yang menjadi orang yang paling berjasa dalam karir dr. Eka. Prof Iskarno adalah Kepala bagian bedah saraf rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Beliau adalah orang yang sangat bijaksana dan tidak memandang latar belakang orang, beliau pernah berkata bahwa “ Bagi saya, tidak ada urusan dia keturunan Cina atau monyet mana pun. Asal dia mampu, akan saya terima,”
Akhirnya dengan bantuan Prof. Iskarno, beliau akhirnya diterima di Bagian Bedah Saraf Unpad Bandung. Padahal dalam benak dr. Eka, tidak ada sedikitpun mimpi untuk bisa diterima kuliah di bagian bedah saraf yang notabene bedah saraf adalah bagian yang sangat eksklusif karena terdiri dari orang-orang pilihan yang sangat pintar dan cerdas serta tidak semua dokter bisa masuk di bagian bedah saraf.
Saat beliau kuliah pun, beliau selalu meminta sang Prof. untuk mengizinkan beliau ke luar negeri untuk mendalami ilmu-ilmu khusus di bidang bedah saraf dan sang Prof ternyata mengizinkan dengan menyertakan rekomendasi kepada teman sejawat sang Profesor yang ada di luar negeri itu.
Setelah lulus beliau ternyata tidak diperbolehkan bekerja di rs almamaternya dengan berbagai alasan juga. Setelah itu beliau memutuskan untuk bekerja purna waktu di RS siloam dan mendirikan pusat bedah saraf modern di sana.
Saat beliau memberanikan diri melakukan operasi batang otak pertama kali di Indonesia, maka saat itulah titik karir dunia dr. eka dimulai. Batang otak merupakan area tersulit manusia yang merupakan area yang tidak boleh disentuh apalagi dioperasi karena di sana terdiri dari banyak pusat kehidupan seperti bernapas dan lain-lain. Tapi beliau tetap memberanikan diri melakukan operasi itu walaupun tidak ada sama sekali bekal pengalaman melakukan operasi batang otak. Tapi akhirnya beliau berhasil melakukannya. Akhirnya beliau mendapatkan rekor Muri menjadi dokter yang pertama kali dan satu-satunya yang berhasil melakukan operasi batang otak di Indonesia.
Beliau sering diundang menjadi pembicara atau professor tamu di berbagai universitas ternama di dunia antara di Amerika, Jepang dan Australia. Presentasi dan kuliah beliau menjadi pengenalan Indonesia kepada dunia luar bahwa di Indonesia ada seorang dokter yang begitu piawai bermain di area otak manusia.

Sungguh tidak mudah perjuangan beliau dari semenjak kecil hingga sekarang menjadi orang yang dikenal luas, sekarang beliau mendirikan Yayasan Otak Indonesia yang berjuang untuk sumbangan dana  bagi orang yang tidak mampu dan ingin melakukan operasi otak yang sangat mahal sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar